Thailand–Kamboja Bersitegang di Perbatasan, Puluhan Korban Jiwa Terjatuh; Pariwisata Tetap Mendunia
World
4 menit bacaoleh Fresh Feeds AI

Thailand–Kamboja Bersitegang di Perbatasan, Puluhan Korban Jiwa Terjatuh; Pariwisata Tetap Mendunia

Konflik militer di perbatasan Thailand–Kamboja memicu puluhan korban jiwa dan krisis politik, namun pariwisata Thailand tetap tumbuh pesat dengan dukungan kerja sama ASEAN.

Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja meletus pada Kamis, 24 Juli 2025, menandai eskalasi paling mematikan dalam lebih dari satu dekade terakhir di kawasan Asia Tenggara[2][3]. Saling tembak dan serangan udara terjadi di enam lokasi berbeda di sepanjang perbatasan kedua negara, terutama di sekitar kompleks candi Prasat Ta Muen Thom[2]. Menurut laporan Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand, setidaknya satu prajurit dan sebelas warga sipil tewas, sebagian besar akibat serangan rudal yang menghantam SPBU di wilayah perbatasan[3]. Total korban luka mencapai 35 orang, dan sebuah rumah sakit berkapasitas 30 tempat tidur di Provinsi Surin juga ikut terkena serangan hingga atapnya runtuh dan sebagian pasien harus dievakuasi[3].

Pemerintah Thailand menyebutkan bahwa pasukan Kamboja pertama kali menembak ke arah tentara dan fasilitas Thailand, kemudian kedua negara saling menembakkan artileri, dengan pasukan Kamboja juga memakai peluncur roket BM-21. Thailand merespons dengan mengerahkan enam jet tempur yang menyerang dua target militer Kamboja di daratan[2][3]. Sementara itu, pihak Kamboja membantah tuduhan Thailand, menyebut pasukan Thailand lah yang memulai serangan dan menuding Thailand membidik target sipil[2]. Hingga berita ini diturunkan, belum ada data resmi mengenai jumlah korban di pihak Kamboja[2][3].

Eskalasi ini juga memicu krisis politik di internal Thailand, di mana Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra diduga terlibat dalam kebocoran percakapan diplomatik dengan mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, sehingga ia saat ini diskors dan tengah menjalani pemeriksaan etika[3]. Situasi ini menjadi ujian berat bagi ASEAN dalam menjaga stabilitas di kawasan[2].

Di tengah ketegangan ini, industri pariwisata Thailand tetap menunjukkan ketangguhan. Lembaga Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) melaporkan kunjungan wisatawan mancanegara naik 30% pada paruh pertama tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meskipun jumlah wisatawan asal China menurun[4]. Negara-negara Eropa menjadi pasar utama pertumbuhan tersebut. ASEAN juga semakin memperkuat kerja sama regional melalui kemudahan lintas batas, visa bersama, dan strategi pemasaran bersama, menempatkan Thailand sebagai salah satu pemimpin pemulihan pariwisata di Asia Tenggara[4].

Selain isu utama di perbatasan, media lokal juga melaporkan serangkaian kejadian lain di Thailand, seperti pembatasan baru untuk SIM dan perbankan bagi warga asing, banjir di wilayah utara akibat badai, serta insiden pencurian pakaian dalam wanita di kuil yang ramai diperbincangkan[1].

Dengan situasi keamanan yang masih fluktuatif, warga di wilayah perbatasan terus waspada dan mengharapkan intervensi ASEAN untuk mencegah konflik lebih meluas, sementara pemerintah dan pelaku industri pariwisata tetap optimistis mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional[2][3][4].

Tag:

#Thailand#Kamboja#Konflik perbatasan#Pariwisata#ASEAN#Berita Internasional

Sumber:

www.youtube.com

www.youtube.com

www.csis.org

www.csis.org

www.arabnews.com

www.arabnews.com

www.ttrweekly.com

www.ttrweekly.com

www.eurasiareview.com

www.eurasiareview.com