
Mengupas Fenomena Kalender Jawa Weton: Tradisi Tetap Eksis dan Relevan di Tahun 2025
Belakangan ini, kalender Jawa weton kembali menjadi topik hangat di kalangan masyarakat Jawa dan penggemar budaya nusantara. Kalender ini bukan sekadar penanggalan biasa, melainkan merupakan sistem tradisional yang memuat kombinasi antara hari dalam minggu dan pasaran lima hari, yakni Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
Kalender Jawa memiliki peranan penting dalam budaya Jawa, terutama dalam menentukan weton โ sebuah gabungan hari dan pasaran yang dipercaya membawa pengaruh pada keberuntungan, karakter, serta penentuan hari baik untuk berbagai acara adat dan sosial, seperti pernikahan, pindah rumah, dan upacara tradisional.
Memasuki September 2025, kalender Jawa terus digunakan secara luas. Data terbaru dari situs Kalenderjawa.id dan sumber terkait menunjukkan bahwa masyarakat masih aktif mengacu pada penanggalan ini untuk mencari weton dan neptu hari-hari tertentu. Contohnya pada minggu kedua September 2025, pasaran pada hari Rabu adalah Kliwon dengan nilai neptu 15, dan sepanjang bulan tersebut kalender menyediakan informasi lengkap yang mencakup tanggal Jawa, Masehi, serta Hijriyah untuk memudahkan pengguna yang juga menjalankan penanggalan Hijriah.
Lebih jauh, kalender Jawa juga berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan puasa weton, yaitu puasa yang dilaksanakan pada hari kelahiran menurut kalender Jawa. Praktik ini dianggap dapat membawa berkah, keberuntungan, dan pembersihan spiritual bagi pelakunya.
Keunikan kalender Jawa terletak pada integrasi siklus tujuh hari (Ahad sampai Sabtu) dengan siklus lima hari pasaran, menciptakan sistem penanggalan yang khas dan bernilai filosofis tinggi dalam budaya Jawa. Kalender ini tidak hanya dijadikan acuan dalam aktivitas sehari-hari, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan generasi kini dengan warisan leluhur.
Untuk kemudahan masyarakat, berbagai versi kalender Jawa lengkap dengan weton, neptu, dan tanggal Masehi serta Hijriyah dapat diakses secara digital, termasuk yang terbaru untuk tahun 2025. Hal ini membuktikan bahwa tradisi lama dapat bertahan dan beradaptasi di era modern tanpa kehilangan inti maknanya.
Tag:
Sumber:
www.idntimes.com
regional.kontan.co.id
blog.amikom.ac.id
www.orami.co.id
www.detik.com
www.idntimes.com
www.waroeng.nl
kalenderize.com