Mengenal Rebo Wekasan 2025: Sejarah, Makna, dan Amalan Tradisi di Penghujung Bulan Safar
World
โ€ข3 menit bacaโ€ขoleh Fresh Feeds AI

Mengenal Rebo Wekasan 2025: Sejarah, Makna, dan Amalan Tradisi di Penghujung Bulan Safar

Rebo Wekasan 2025 jatuh pada Rabu, 20 Agustus, merupakan tradisi hari terakhir bulan Safar berisi amalan tolak bala, doa, dan refleksi spiritual yang dijalankan masyarakat muslim Indonesia.

Rebo Wekasan, yang pada tahun 2025 jatuh pada Rabu, 20 Agustus atau 26 Safar 1447 H menurut kalender Hijriah resmi Kementerian Agama RI, merupakan tradisi yang akrab di kalangan masyarakat muslim di Indonesia terutama di daerah Jawa, Sunda, dan Madura. Tradisi ini berpusat pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriah, dan sarat akan makna spiritual serta budaya.

Secara historis, Rebo Wekasan dipercaya sebagai hari turunnya bala bencana. Dalam kitab Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shufur karangan Abdul Hamid, terdapat penyebutan bahwa Allah SWT menurunkan 320.000 bala pada hari ini. Oleh karena itu, masyarakat melaksanakan berbagai amalan sebagai ikhtiar mencegah musibah dan kesialan yang diduga tiba di hari tersebut.

Tradisi yang dijalankan biasanya mencakup shalat sunnah, doa-doa khusus tolak bala, sedekah, selamatan, silaturahmi, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Meski ritual-ritual tertentu tidak memiliki sandaran khusus dalam ajaran Islam, banyak amalan yang tetap sesuai tuntunan agama, seperti melakukan shalat sunnah dengan niat mutlak tanpa niat khusus "shalat Rebo Wekasan".

Beberapa amalan populer di antaranya adalah shalat sunnah hajat sebanyak empat rakaat, dzikir, dan membaca doa-doa tolak bala. Doa dan dzikir tersebut dipilih untuk meningkatkan ketenangan jiwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai bentuk refleksi diri di penghujung bulan Safar.

Selain sisi spiritual, Rebo Wekasan juga menjadi momentum bagi masyarakat untuk mempererat tali persaudaraan melalui silaturahmi dan sedekah, kegiatan yang dihargai dalam Islam dan memiliki dampak positif sosial budaya.

Meskipun kepercayaan terhadap datangnya bala di Rebo Wekasan berakar pada tradisi dan kepercayaan lokal, para ulama mengimbau untuk menyikapi hal ini dengan bijak, tidak menjadikan hari tersebut sebagai sumber ketakutan berlebihan melainkan sebagai pengingat untuk lebih memperbanyak ibadah dan kebaikan.

Rebo Wekasan pada 2025 ini diharapkan menjadi waktu untuk introspeksi, memperkuat iman, dan meningkatkan solidaritas umat, sekaligus menjaga kelestarian budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Tag:

#Rebo Wekasan#Safar#Tradisi Islam#Amalan Tolak Bala#Doa

Sumber:

www.detik.com

www.detik.com

jatim.nu.or.id

jatim.nu.or.id

dataindonesia.id

dataindonesia.id

www.suara.com

www.suara.com

jatim.nu.or.id

jatim.nu.or.id